Perkataan / kepercayaan seperti ini menurut saya sangat salah, dan jika orang ada percaya, justru akan menjerumuskannya bahkan terjerumus kedalam syrik.Betapa tidak, kepercayaan yang salah, akan melemahkan orang yang mempercayainya untuk berbuat kebaikan, karena mereka berpikir semua orang islam pada akhirnya nanti akan masuk neraka, kenapa saya harus terlalu optimis berbuat kebajikan toh saya juga pada akhirnya akan masuk neraka dahulu lalu masuk syurga…

Ini terus terang membuat saya sangat sewot, terlebih karena anak saya mulai mempercayainya, ceritanya seperti dibawah ini:

Beberapa bulan lalu (sekarang bulan Sept 2013)  saya terlibat perbincangan ringan dengan anak saya (kelas 1 sma).
Saya lupa kenapa perbincangan itu tercetus, dan dia berkata bahwa guru mengajinya telah memberitahunya bahwa semua orang islam yang baik, benar, banyak dosa, sedikit dosa, semua akan masuk neraka terlebih dahulu…karena untuk menyucikannya…

Kecuali orang-orang yang mati syahid…

Simple saja saya jawab salah (diluar permasalahan syahid atau tidak)…semua akan diukur mana yang lebih banyak dosa tentu akan masuk neraka dulu, dan disiksa dulu dan mana yang lebih banyak amalnya tentulah langsung masuk surga…

Perbincangan ini terputus sampailah buan sept 2013 sekarang.

Hari ini, anak saya mungkin masih tidak percaya pada ayahnya…dia mendapat masukan baru, dari seseorang yang sudah kuliah…yaitu sama seperti guru mengajinya lagi, dan dia membuka perbincangan lagi.

Kata anak saya, benarkan yaah…sudah 2 orang yang berkata bahwa semua orang islam akan masuk neraka terlebih dahulu…

Saya bilang bagaimana mungkin kamu dapat mempercayainya, sedangkan itu diluar konsep keadilan, manusia saja bisa berbuat adil lebih dari itu mana mungkin tuhan bisa berbuat tidak adil. Karena konsep yang kamu percayai seperti itu adalah sangat tidak adil.

Tapi bagi anak saya itu masih masuk akal karena untuk menyucikan dosanya terdahulu.

Saya kasih analogi :

Kamu sedari kecil ini, menjaga diri dari perbuatan dosa, baik kepada tuhan (vertikal) dan kepada manusia (horizontal).
Bahkan kamu sekuat tenaga menghindari dosa yang paling berbahaya yaitu sirik dan tidak berbuat dosa kepada manusia, karena kita tahu masalah dosa horizontal yang berhubungan dengan manusia ini, sangat sulit untuk dihapuskan kecuali si manusianya yang memaafkan.

Jadi kamu berusaha, bahkan kamu berkoban sepanjang hidupmu, setiap saat ada orang butuh pertolongan meminta sedekah untuk dia dan anaknya yang kelaparan, sedangkan uang kamu hanya Rp10.000 untuk membeli buku, maka kamu dengan berat hati, dan kamu orang yang baik, maka kamu kuatkan menolong orang itu dahulu daripada membeli buku.
Lalu saya tanya beratkah perbuatan mu itu untuk menolong orang itu ?
Jawabnya berat.
Betul kata saya itu berat, tapi kamu sudah berbuat baik dengan mengorbankan sesuatu yang kamu punya.
Setiap hari kamu selalu berusaha keras sekuat tenaga berbuat baik, apalagi mengenai sholat dan perintah-perintah tuhan yang lain semua kamu lakukan sampailah kamu kepada kematian.
Hasilnya pada waktu hari kebangkitan : Dosa 10 vs Pahala 90, dan kamu masuk neraka dahulu karena nilai kesalahan yang hanya 10 tadi.

Terus, adik kamu disaat yang sama (saya memberkan kejadian yang sama persis dan pararel) mengalami kejadian yang sama persis dengan kehidupan kamu tadi, semua sama, termasuklah kejadian 2 orang kelaparan dan hanya mempunyai uang Rp10.000 dan tidak diberikan adikmu.
Apakah berdosa adikmu berpikir tidak mau memberikan uang dimana hanya sebegitulah jumlah yang dia miliki untuk membeli buku ?
Jawab anak saya tidak.
Betul tidak berdosa, tapi dia tidak berbuat kebaikan.
Semua kejadian pararel, saya ceritakan kepada anak saya agar dia mudah mempertimbangkan, mengenai keadilan tadi.
Namun adiknya tidak berbuat yang sama dengan dia…termasuk perintah shalat dan lain-lain.
Sampailah adikmu kepada kematian.
Hasilnya pada waktu hari kebangkitan : Dosa 90 vs Pahala 10, dan adik kamu masuk neraka dahulu karena nilai kesalahan / dosa yang 90 tadi.

Sekarang saya bertanya, adilkah tuhan berbuat kepada kamu dengan memasukkan neraka kepada kamu, sedangkan kamu mempunyai nilai pahal 90 dan dosa hanya 10 ?

Anak saya menjawab tidak adil.

Tapi anak saya menjawab dengan ragu…dan masih meyakini konsep 2 orang yang dia percayai tadi.
Menurut dia “benar juga” jika orang islam itu dimasukkan neraka dahulu, untuk menyucikan mereka dahulu, baru masuk syurga.

Saya cukup bingung….karena menurut saya pola berpikirnya sudah diluar konsep islam dan dia percaya begitu saja tanpa mengenal dulu mengenai konsep islam itu salah satunya keadilan.

Maka saya kasih analogi  dan pilihan lain:

1: Ibu kamu punya hutang dengan tetangga 10juta, lalu tetangga melaporkan ke polisi.
Polisi datang dengan serta merta memenjarakan ibumu selama 5 tahun, sedangkan ibumu punya kemampuan membayarkan hutang dengan menjual rumah yang seharga 50juta.

2: Ibu kamu punya hutang dengan tetangga 10juta, lalu tetangga melaporkan ke polisi. Polisi datang dan dengan adil polisi memutuskan memberikan waktu selama waktu tertentu unutk menjual dahulu rumah yang 50 juta dan membayarkan hutang 10 juta kepada tetangga.
Yang mana yang menurut kamu adil ?
Anak saya memilih no: 2.

Nah saya bilang, kita, polisi, manusia, lagi bisa berbuat adil dengan memberikan keputusan no.2, apalagi tuhan.
Tuhan jauh dan sangat jauh lebih adil daripada manusia.

Kita jika ingin memahami sesuatu itu, jangan memandang karena dia (maaf) lebih pintar dari kita misalnya kiyai, alim ulama…siapapun itu, jika kita belum memegang konsep pada ajaran itu.

Contoh, anda ingin riset membuat mesin penggerak Green Energy, dan kamu mendapat nasihat dari enginer ahli permesinan dan menyarankan pada riset kamu menggunakan bahan bakar fosil, akhirnya kamu berhasil membuat mesin penggerak memakai bahan bakar fosil, walaupun hasil yang dicapai dengan efesiensi penggunaan bahan bakar yang tinggi, yaaah simple saja bukan konsepnya green energy.

Salah satu konsep pada agama islam adalah KEADILAN.

Maka jika ada ajaran islam yang disiarkan yang menurut kita salah, tidak sesuai konsep, maka perlu kita kaji lebih dalam…
Salah satunya tadi, statement bahwa setiap orang islam kecuali yang mati syahid akan masuk neraka terlebih dahulu.

Dan komunikasi mulai stuck, akhirnya saya cari-cari mengenai perhitungan Pahala dan dosa, dan saya menemukan jawabannya, jawabannya bahkan bukan pada Hadits…tapi dalam al-quran dimana al-quran adalah firman dari allah.

Ungkapan pada alquran adalah pada At Taghabun (QS 64) ayat 9.

[64:9] (Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.

وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِينَ فِيهَا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Aritnya pada ayat itu, allah langsung menutupi dosanya atau artinya ditimbang terlebih pada pada kata “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya”

Dan kata-kata “dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar” artinya orang yang jelas-jelas mempunyai amal yang hitungannya lebih besar atau dapat menutupi nilai dosanya (atas perhitungan allah) jelas langsung masuk surga.

Saya merasa beruntung segera menemukan cuplikan ayat ini, sehingga anak saya menjadi lebih percaya, karena yang saya tunjukkan ada pada al-quran.
Jika tidak, perdebatan yang berlangsung selama 1 jam, tidak akan selesai-selesai….dan mungkin akan tercetus lagi di waktu yang lain.

Semoga kita menjadi orang yang beruntung seperti pada surah diatas 🙂

Salam

Joel

—————

Tulisan dibawah ini saya buat, banyak juga yang mengunci, atau terkunci pada hak prerogatif allah dan takutnya malah membuat orang menjadi semakin jauh terhadap-NYA.

Hak prerogatif (saya singkat HP) allah untuk mematikan menghidupkan, mau memasukkan orang yang sangat alim ke neraka sekalipun jelas HP allah, karena kita hanyalah ciptaannya, jauh kemampuannya.

Contoh sederhana HP allah tidak dipakai pada banyak kejadian,
yaitu menghidupkan dan mematikan orang yang sangat ekstrim.

Mati di tangan tuhan, umur ditangan tuhan, betul?
Hak preogative tuhan untuk mematikan kita, tapi jika si pemilik nyawa tau2 ngaco pingin bunuh diri, tarok kepala ke rel kereta api, yaa matilah, sebab tuhan juga membuat hukum alam yaitu misalnya kepala pecah otak berantakan si manusia otomatis mati (walaupun tuhan ttp bisa membuatnya hidup).
Jika tuhan membuatnya hidup, hukum2 alam sampai detik ini tidak bisa dipegang, alias hp, facebook mungkin belum ada, semua manusia menjadi bingung…ada yang masih hidup ada yang mati…

Bahkan tidak 50:50 perbandingannya orang yang otaknya berhamburan tapi tetap hidup, betul?

HP allah bisa saja terjadi, bahkan sangat EKSTRIM!!!
Contoh mengenai menghidupkan orang mati yang bisa dilakukan atas izin allah, seperti mukjizat nabi isa.
Saya percaya betul pada kasus ini, HP allah sedang berlaku untuk keperluan tertentu!

HP ALLAH itu sangat logis, tidak ada yang aneh, kenapa logis?
Saya akan berikan analoginya dibawah.

Saya kasih analogi:
Kita buat sesuatu, let say robot, mobil, dll dll.
Lalu serta merta kita hancurkan? Apakah itu Hak Prerogatif kita selaku pencipta?
Betul sekali, itu HP kita.
Tapi untuk apa kita membuat robot tersebut?
Pada awalnya pasti ada tujuan khan?
Jika robot yang kita buat sesuai tujuan kita, apakah kita akan hancurkan?
Bisa iya bisa tidak, tapi saya rasa selagi berguna dan sesuai dengan yang direncanakan pada waktu masa pembuatannya 99.99% tidak ada niat untuk menghancurkannya.

Saya kasih analogi lagi:
Kita punya anak, dan karena punya kebiasaan buruk yaitu suka membolos.
Kita kasih rayuan, jika tidak bolos sekolah, tidak keluyuran, maka kita akan berikan coklat karena kesukaan anak kita.
Setiap pulang tepat, saya berikan coklat, begitu seterusnya.
Lalu, suatu hari karena lupa beli….jadi coklatnya tidak ada, mau keluar rumah lagi malas dan karena capek dll.
Lalu anak saya meminta janji seperi biasa, dan kita sebagai orang tua tidak bisa memenuhi janji tersebut, dan menganggapnya biasa, kita jawab seadanya, besoklah nak, nanti ayah akan gantikan.
Apakah itu termasuk HP?
Betul sekali, karena kita orang tua telah memberikan hal yang paling primer seperti sekolah, makan dll.
Masa seperti kelupaan beli coklat sekali-kali menjadi hal luar biasa….sekali kali pasti permasalahan kelupaan ini tidak akan kita perhatikan atau kita abaikan, karena memang HP kita.

Lalu apa yang terjadi JIKA coklat tersebut selalu tidak ditepati, atau janji-janji lain kepada anak kita sudah menjadi kebiasaan kita tidak menepatinya?
Kemungkinan Anak tersebut akan menjadi semau gue, ngapain pikirnya dilaksanakan, toh semua akan sama saja….

Sekarang kita tanya dahulu kepada yang sangat percaya dengan kebablasan mengenai HP allah, tapi suka sholat dan suka membaca alquran misalnya….
Untuk apa anda shalat? Untuk apa anda mengaji? Kenapa tidak mengejar dunia secara 100%?
Kenapa tidak ditinggalkan saja semua kewajiban dan berjuanglah untuk dunia saja?
Toh semua akan masuk neraka dahulu….

Jadi kembali ke HP allah itu jelas sangat bisa, namun kita harus berikir juga untuk apa allah menurunkan al-quran dan perintah dan nabi muhammad saw, jika semua akan dimasukkan neraka.

Untuk apa ada kalimat allah maha pengasih dan penyayang?
Untuk apa allah menyamaratakan atau harus menyamaratakan antara yang taat menjalankan ibadah dan yang tidak?
Untuk apa allah menciptakan Malaikat pencatat amal baik buruk?
Untuk apa allah menciptan panduan jalan-jalan yang harus dilakukan manusia agar diredhoi NYA?
Untuk apa allah membuat larangan-larangan, bahkan ada dosa ringan sampat yang tak terampunkan jika semua harus masuk neraka dulu?

Saya justru merasa jika kita terbiasa menerima saja tanpa memikirkan logika mengenai HP ini dan terlalu kebablasan, saya kuatir baik generasi muda dan tua sudah terpatri pada akalnya mengenai HP allah yang menurut saya terlalu di dramatisir ini, sedikit demi sedikit orang akan menjadi malas beribadah bahkan melakukan kewajiban.

Inilah konsep yang paling dielu-elukan oleh para pembenci islam, agar orang islam mati rasa dengan prinsip ini.

Jika ada yang bicara, tidak benar logika mau dipakai untuk perhitungan ini HP ini?
Justru saya percaya Al-quran penuh dengan logika, buktinya banyak dulu yang tidak diketahui, dizaman modern ini menjadi diketahui, dan yang belum diketahui kita sebutlah itu Ghaib. Dizaman dulu disebut ghaib, sebagian sekarang tidak lagi disebut ghaib, karena manusia sudah ketemu jawaban (logika) nya.

Yah, pada akhirnya menurut saya, lakukan dahulu kewajiban, perbanyak amal baik, terutama amalan baik yang sudah bersifat mendekati kewajiban…dan jelas semakin banyaklah menjauhi larangannya….
Mudah-mudahan pada hari pengadilan nanti setelah dibangkitkan, kita akan melewati dengan mulus jembatan siratal mustaqim (btw, untuk apa jembatan ini dibuat?) dengan selamat 🙂

Mohon maaf, jika ada kata yang salah, semua hanyalah menurut pemikiran saya, saya yang ngaji saja masih terbata-bata…

*tambahan, baru nemu video ceramah dari Abdurraheem green (dulu Anthony Vatswaf Galvin Green 1962)

Apakah Orang-Orang Islam Yang Baik Akan Masuk Kedalam Neraka?